ansorguntur.org/ Sabtu,27 April 2024. Dalam memperingati Harlah GP Ansor ke 90 GP Ansor Kecamatan Guntur melaksanakan giat Halal bihalal yang di barengkan dengan acara Sarasehan Hukum yang di isi oleh ahli hukum sahabat Dr. Fatkhul Mu'in,SH.,MH,CM. dengan Tema Problematika Penegakan Hukum Undang undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik di Era Disrupsi, dalam kesempatan ini di sampaikan oleh Lembaga Bantuan Hukum Surya Kusuma. "Ketika masih sanggup menjadi Pengurus bahkan menjadi ketua Ansor, jangan sampai kendor, harus gaspolll. Namun ketika sudah dirasa tidak siap, silahkan lepas dan pasrahkan baik-baik kepada yang siap. Jangan sampai organisasi ini lemah dengan teledornya para pengurus." Petikan sambutan Ketua PAC GP Ansor Guntur. Halal bihalal PAC GP Ansor Kec. Guntur di hadiri oleh Perwakilan MWC NU Kec. Guntur K. Muhsin Abdur Rohman, Para Pembina PAC GP Ansor Kec. Guntur, Sahabat
Masio
digagah-gagahke, disangar-sangarke panggah ora ono gajine, namun keberkahan
yang kami harapkan, Ridlo Kyai yang kami cari dan Khusnul Khotimah yang kami
nanti sebagai imbalan.
Banser itu
tidak dibayar sepeser pun. Jangankan dibayar, sepatu saja beli kadang mencicil.
Baju lengkap Banser pun seringkali menunggu jatah.
Apakah
kegiatan Banser, misalnya pengamanan dan pengawalan, dibayar? Kalaupun ada
konsumsi, malah seringnya dapat paling akhir. Tamu didahulukan. Jika yang punya
hajat orang berpunya, baru mereka dapat amplopan, tapi itu tak sering.
Bahkan ada
cerita, anggota Banser membawa amplop sendiri supaya istrinya tenang, karena
biar dianggap bawa uang setelah bertugas. Padahal sih, tidak. Mirip-mirip kisah
khalifah Umar bin Khattab bertemu ibu yang memasak batu di air mendidih untuk
mengelabui anaknya yang kelaparan.
Lalu, darimana
Banser mendapatkan biaya untuk penghidupan sehari-hari? Ada yang tukang
panggul, buruh tani, buruh pabrik, guru, ustadz madrasah diniyah, dan
lain-lainnya. Tapi ada juga yang dosen, pedagang, bahkan doktor di kalangan
Banser – biasanya golongan ini yang menjadi penyumbang rokok dan jajanan.
Bayangkan
saja, siang bekerja mencari nafkah, lalu malam melakukan tugasnya sebagai
Banser. Bahkan kadang harus izin meninggalkan pekerjaan untuk menghadiri acara
di luar kota atau diklat berhari-hari. Mereka rela berpayah-payah, padahal bisa
jadi di rumahnya hanya ada beberapa liter beras.
Sampai-sampai
ada guyonan dari almaghfurlah KH Hasyim Muzadi bahwa anggota Banser hanya mampu
membeli rokok eceran. "Gagah begitu, rokoknya eceran."
Banyak hal
lain yang menjadikan NU begitu sayang kepada Banser. Hal-hal di atas sedikit
dari bejibun cerita, tak akan cukup 1.000 kata untuk menceritakannya.
Maka, saya
mengaminkan doa dari Rais Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh,
"Semoga amalmu diterima Gusti Allah dan rezekimu lancar, sehingga dapat
memondokkan atau menyekolahkan anakmu sampai jadi profesor. Dan, yang jelas
semoga rokokmu tidak dibeli dengan harga eceran."
Komentar
Posting Komentar