Langsung ke konten utama

Gaji Bersholawat & Pelantikan GP Ansor Ranting Gaji

  ansorguntur.org (24/12/2022) Dengan rangkaian Gaji Bersholawat, Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda Ansor Desa Gaji melaksanakan Pelantikan GP Ansor Ranting Gaji Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Masa Khidmat 2022-2024, kegiatan ini berlangsung mewah dan besar, di selenggarakan di Gedung Nahdlatul Ulama Desa Gaji, pada hari Sabtu, 24 Desember 2022. Kegiatan Gaji Bersholawat yang berlangsung bersamaan dengan Pelantikan ini di hadiri oleh KH Miftahul Kharis,AH. selaku Rois Syuriah NU Ranting Gaji, dan KH Muhammad Jazuli Selaku Ketua Tanfidziyah NU Ranting Gaji, Pelantikan GP Ansor Ranting Gaji ini juga di hadiri oleh Kepala Desa Gaji, Koramil, Polsek Guntur, Para Sesupuh di wilayah Desa Gaji, Semua Banom NU Desa Gaji, Sahabat Ansor, Rijalul Ansor, Dan Banser dari Luar Ranting Gaji di wilayah Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Pelantikan Pimpinan Ranting GP Ansor Desa Gaji Sahabat Mashuri S.Pd.i Beserta Jajarannya akan pimpin oleh Gus Ahmad Zaky Dan di Dampingi Oleh Sahabat M. Choirul Huda se

Materi PKD & Diklatsar Amaliyah dan Tradisi Keagamaan NU



AMALIYAH DAN 
TRADISI KEAGAMAAN NU

Oleh KH. Tamim Romly
( Ketua MWC NU Kec. Guntur )

Nahdlatul ulama sebagai organisasi sosial keagamaan yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap gerakan kebangsaan dan kemanusiaan hal ini karena NU menampilkan Islam ahlussunnah wal jamaah Aswaja ke dalam tiga pilar ukhuwah yaitu ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, ukhuwah insaniyah.


Konsep jam'iyah Nahdlatul ulama adalah mengembangkan ukhuwah Islamiyah sampai pada dimensi ukhuwah wathoniyah dengan landasan iman ini ukhuwah wathoniyah solidaritas kebangsaan terbukti menjadi faham kebangsaan yang sangat kuat yang selama ini kita kenal.


Nasionalisme religius yaitu nasionalisme yang disinari agama yang kuat, NU dalam tatanan kehidupan sehari-hari selalu mengedepankan konsep dimensi Ihsan yang diwujudkan dalam Aswaja yaitu bentuk dan pola keagamaan yang tawassuth (moderat), tawazun (keseimbangan), tasamuh (toleran) dan I’tidal (jalan tengah) sehingga umat Islam bisa memahami tentang rukun Islam rukun iman yang sesuai dasar-dasar yang semestinya harus dipahami juga.



Berperan aktif untuk ikut serta berkiprah memahamkan ajaran paham Aswaja di tengah-tengah masyarakat sehingga terciptanya wawasan pengetahuan yang berlandaskan akhlakul karimah untuk mempertahankan tradisi tradisi kejayaan Islam Ahlussunnah wal jamaah dalam kehidupan bermasyarakat yang penuh Rahmah.

sebuah realitas yang tidak terbantahkan bahwa mayoritas umat Islam Indonesia sejak dulu hingga sekarang menganut faham ahlussunnah wal jamaah dengan mengikuti madzhab Asy-Syafi'i dalam bidang fiqih.


Kita semua sepakat dai yang menyebarkan agama Islam ke Nusantara khususnya di pulau Jawa adalah wali songo karena itu dapat disimpulkan bahwa wali songo adalah penganut dan penyebar Aswaja.

Fakta sejarah yang tak terbantahkan bahwa paham Aswaja masuk ke Indonesia dan bisa merubah paham keagamaan yang telah berkembang terlebih dahulu.

Kata sunan adalah sebutan para tokoh dai Islam di Jawa. Nasab mereka bersambung sampai pada nabi Muhammad SAW. Tokoh-tokoh yang menyebarkan Mazhab Syafi'i di Indonesia khususnya di Jawa yakni Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Giri dan lain-lain. Bahkan Sunan Giri merupakan lambang pemersatu bangsa Indonesia yang dirintis sejak abad ke-15 Masehi.



Jika Patih Gajah Mada dipandang sebagai pemersatu Nusantara melalui kekuatan politik dan militernya maka Sunan Giri menjadi pemersatu melalui ilmu dan pengembangan pendidikan sejarah kebangkitan Islam.

Bukti lain yang menegaskan bahwa Walisongo penganut paham Aswaja adalah ritual keagamaan yang dilaksanakan secara turun-temurun tanpa ada perubahan terutama di masjid masjid besar yang didirikan oleh wali songo.

Semisal Masjid Sunan Ampel Surabaya, Masjid Agung Demak dan sebagainya. Semua merupakan cerminan dari ritual ibadah yang dilaksanakan golongan Aswaja. Misalnya adzan Jumat 2 kali dikumandangkan, pada bulan Romadhon dilaksanakan salat tarawih secara berjamaah 20 rokaat sebulan penuh.

Kemudian antara setiap 2 rakaat diselingi pembacaan tarodhi kepada khalifah yang ke-4. Sebelum subuh dibacakan tarhim sebagai persiapan melaksanakan Salat Subuh. Sudah barang tentu hanya orang-orang yang memiliki paham Aswaja yang melaksanakan hal tersebut sehingga semakin menegaskan bahwa Wali Songo adalah penganut paham Aswaja.

Wali Songo mengembangkan agama Islam dengan menggunakan produk-produk kebudayaan lokal. proses islamisasi seperti itu ternyata sangat damai dan indah sehingga untuk mewujudkan masyarakat Islam hampir tidak ada darah tercecer setetespun. Lihat saja tradisi pendidikan pesantren tradisi menghargai kyai, tradisi ziarah kubur dan lain sebagainya. Itu tradisi dan budaya lokal yang dikelola dengan baik tetapi rohnya tetap Islam. NU sangat menghormati para wali yang telah mengembangkan agama Islam dengan semangat perdamaian.

Sunan Kalijaga putra tumenggung Wilatikta Adipati Tuban adalah seorang wali yang dapat mendengar desir hati dan lantunan jiwa masyarakatnya. Dalam menyebarkan agama Islam tembang ilir-ilir adalah karya Sunan Kalijaga yang terkenal di kalangan masyarakat Jawa dakwahnya beliau selalu menggunakan cara-cara orang Jawa yang mudah dimengerti oleh setiap orang. Itulah produk-produk budaya lokal yang dilibatkan dalam dakwah Islam.

Sikap warga Nahdliyin terhadap budaya lokal harus senantiasa merujuk kepada kita NU. Islam adalah agama yang Fitrah yang bersifat menyempurnakan segala kebaikan yang telah dimiliki umat manusia di berbagai belahan dunia.

Jadi hal-hal yang baik atau nilai-nilai luhur harus dilestarikan jangan diruntuhkan. NU itu berusaha melestarikan dan mengembangkan serta mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan Aswaja. Bersatunya para alim ulama dan para pengikutnya dalam melakukan kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan pada masyarakat sehingga terbangun masyarakat yang terampil cerdas berakhlak, terciptanya negara aman tentram adil sejahtera.

Tak henti-hentinya kelompok minhum menyalahkan Amaliah Aswaja khususnya di Indonesia salah satu yang paling sering juga mereka fitnah adalah tahlilan yang menurutnya tidak berdasarkan dalil bahkan dianggap rujukan dari ajaran Hindu untuk itu semua amalan tahlilan pada hakikatnya berdasar pada

 

Rasulullah saw bersabda: "Doa dan shodaqoh yang dihadiahkan kepada mayyit." Umar berkata: "Shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh tujuh hari akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari."


“Dari Sufyan berkata: Thawus berkata: “Sesungguhnya orang yang mati akan diuji di dalam kubur selama tujuh hari, karena itu mereka (kaum salaf) menganjurkan sedekah makanan selama hari-hari tersebut.”

 

Artinya Ada dua 2,  seorang mukmin dan seorang munafik memperoleh fitnah kubur adapun seorang mukmin memakai fitnah selama 7 hari sedangkan seorang munafik disiksa selama 40 hari.


Dan ada dasar-dasar yang akhirat selain ini. kesimpulannya adalah warga NU melaksanakan Amaliah dan tradisi keagamaan itu semua berdasar Al Quran Hadis ijma' qiyas sehingga beribadah bisa benar dan sempurna yang tidak menyimpang dari koridor hukum yang baku dan tidak lepas dari kutubul mu'tabaroh dan selalu berdasar juga dari petunjuk dan fatwa dari ulama NU.

Pemikiran harus sesuai dengan fitrah An-nahdliyah sehingga dalam bernegara mengedepankan nasionalisme religius yaitu berjiwa nasional yang disinari dengan agama yang kuat sehingga mampu memahami kebenaran dan membelanya yang lepas dari pembelaan gerakan gerakan khilafah di bumi Nusantara ini.

Gerakan harus sesuai harokah nahdliyyah yaitu selalu berpedoman pada kegiatan sebagai jawaban terhadap kebutuhan di masa sekarang dan yang akan datang demikian akan selalu berpartisipasi secara aktif dan kreatif yang berdasarkan prinsip melestarikan nilai-nilai luhur dari para pendahulu kita di jami'ah.



Mengapa ajaran Aswaja NU sangat diterima karena pendekatan paham Aswaja ke dalam masalah-masalah sosial politik berdasarkan pada penguat aspek moral dan maslahah atau kepentingan umum juga aqidah yang berakar pada ajaran sunnah nabi juga memiliki akar kesejarahan yang kokoh dalam menjaga tradisi dan budaya nusantara sehingga sulit di goyah ini adalah pesan yang disampaikan wujud kebenaran otentik yang tidak terkalahkan. Aamiin.

(Ali Asegaf)

Komentar

Popular Posts

Sejarah PonPes Al Hidayat Krasak Temuroso Guntur

Di saat pesantren salaf berbondong bondong memasukkan kurikulum umum ke dalam pendidikan di pesantrennya, Pondok Pesantren Hidayat yang terletak di Dukuh KrasakTemuroso Kecamatan Guntur Kabupaten Demak sama sekali  tidak goyah untuk tetap eksis dan fokus dalam mendidik santri santrinya dengan menggunakan metode pendidikan salaf.  Keberadaan PP. Al Hidayat sampai saat ini dengan kesalafannya tidak lepas dan merupakan buah perjuangan tidak kenal Ielah dan pengasuhnya KH. Mishbachul Munir Al Mubarak.  Sejarah dan Profil PP. Al Hidayat  Sejarah bukanlah suatu cerita lama yang usang  dan ditinggalkan karena tergerus oleh zaman. Akan tetapi, sejarah adalah prasasti yang sangat penting dalam suatu perjuangan dan menjadi cermin bagi generasi penerus yang bukan hanya untuk dikenang melainkan juga untuk diteruskan perjuangan-nya serta diteladani semangat juangnya. Begitu pula Pondok Pesantren Al Hidayat. Gus Dlowi (panggilan akrab KH. Achmad Baidlowi;

Pelatihan Pemulasaraan Jenazah GP Ansor Gaji

Pelatihan Pemulasaraan Jenazah GP Ansor Gaji Kewajiban seorang muslim terhadap muslim yang meninggal adalah merawat dan mengurusnya dengan benar serta menyegerakan penguburannya, kecuali ada hal yang memaksa untuk menunda.  Adapun hukum mengurus jenazah adalah fardu kifayah, artinya apabila disuatu daerah ada seorang meninggal dunia dan sudah ada yang mengurusinya, maka yang lain telah terbebas dari kewajiban dan tidak berdosa, akan tetapi, apabila tidak ada satupun orang yang mau mengurusnya, maka kita semua berdosa. Hal inilah yang mendasari diselenggarakannya kegiatan pelatihan Pemusalaran Jenazah , Ahad (11/04/2021) di Aula Kelurahan Gaji  Kecamatan Guntur Kabupaten Demak oleh Pimpinan Ranting GP Ansor setempat. Suradi selaku ketua Ansor membuka dimulainya pelatihan Pemusalaran Jenazah yang bekerja sama dengan RSI Sultan Agung Semarang dengan Nara Sumber H.samsudin Salim.M.Ag Hj. Khusnul khatimah, M.Si dan Saiful Mujab. SE .  Dalam sambutannya Suradi mengatakan, kegiatan pelatihan

Ziarah Wali 9 GP Ansor Ranting Sarirejo

 Jum’at pon, 2 April 2021. Menjelang bulan puasa ramadhan Gerakan Pemuda Ansor Ranting Sarirejo kec. Guntur kab. Demak menyelenggarakan ziarah ke makam wali 9 yang ada di Jawa Tengah Sunan Kalijaga, Sunan Muria dan Sunan Kudus.  Sehari sebelum ziarah ke makam wali 9, perwakilan dari rombongan terlebih dahulu ziarah ke makam syaihina KH. Misbahul Munir di komplek pondok pesantren Al Hidayat Krasak dan dilanjutkan sowan sekedar siraturrohim ke dalem Gus Baidhowi Misbah mengharap arahan dan do’a restu. Ziarah ke makam wali merupakan salah satu progan GP. Ansor ranting Sarirejo di departemen keagamaan. Program ini dilaksanakan selain sebagai bentuk hormat kepada leluhur dan sebuah harapan barakah dalam kehidupan umat manusia dengan bentuk tawasul kepada kekasih Allah Juga mempererat tali kekeluargaan diantara anggota Gp. Ansor. Dengan menggunakan transfortasi 2 (dua) mini bus kegiatan ini dikuti 49 anggota Gp. Ansor sarirejo. Pemberangkatan dimulai setelah sholat jum’at dengan tujuan perta