ansorguntur.org (24/12/2022) Dengan rangkaian Gaji Bersholawat, Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda Ansor Desa Gaji melaksanakan Pelantikan GP Ansor Ranting Gaji Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Masa Khidmat 2022-2024, kegiatan ini berlangsung mewah dan besar, di selenggarakan di Gedung Nahdlatul Ulama Desa Gaji, pada hari Sabtu, 24 Desember 2022. Kegiatan Gaji Bersholawat yang berlangsung bersamaan dengan Pelantikan ini di hadiri oleh KH Miftahul Kharis,AH. selaku Rois Syuriah NU Ranting Gaji, dan KH Muhammad Jazuli Selaku Ketua Tanfidziyah NU Ranting Gaji, Pelantikan GP Ansor Ranting Gaji ini juga di hadiri oleh Kepala Desa Gaji, Koramil, Polsek Guntur, Para Sesupuh di wilayah Desa Gaji, Semua Banom NU Desa Gaji, Sahabat Ansor, Rijalul Ansor, Dan Banser dari Luar Ranting Gaji di wilayah Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Pelantikan Pimpinan Ranting GP Ansor Desa Gaji Sahabat Mashuri S.Pd.i Beserta Jajarannya akan pimpin oleh Gus Ahmad Zaky Dan di Dampingi Oleh Sahabat M. Choirul Huda se
Masio
digagah-gagahke, disangar-sangarke panggah ora ono gajine, namun keberkahan
yang kami harapkan, Ridlo Kyai yang kami cari dan Khusnul Khotimah yang kami
nanti sebagai imbalan.
Banser itu
tidak dibayar sepeser pun. Jangankan dibayar, sepatu saja beli kadang mencicil.
Baju lengkap Banser pun seringkali menunggu jatah.
Apakah
kegiatan Banser, misalnya pengamanan dan pengawalan, dibayar? Kalaupun ada
konsumsi, malah seringnya dapat paling akhir. Tamu didahulukan. Jika yang punya
hajat orang berpunya, baru mereka dapat amplopan, tapi itu tak sering.
Bahkan ada
cerita, anggota Banser membawa amplop sendiri supaya istrinya tenang, karena
biar dianggap bawa uang setelah bertugas. Padahal sih, tidak. Mirip-mirip kisah
khalifah Umar bin Khattab bertemu ibu yang memasak batu di air mendidih untuk
mengelabui anaknya yang kelaparan.
Lalu, darimana
Banser mendapatkan biaya untuk penghidupan sehari-hari? Ada yang tukang
panggul, buruh tani, buruh pabrik, guru, ustadz madrasah diniyah, dan
lain-lainnya. Tapi ada juga yang dosen, pedagang, bahkan doktor di kalangan
Banser – biasanya golongan ini yang menjadi penyumbang rokok dan jajanan.
Bayangkan
saja, siang bekerja mencari nafkah, lalu malam melakukan tugasnya sebagai
Banser. Bahkan kadang harus izin meninggalkan pekerjaan untuk menghadiri acara
di luar kota atau diklat berhari-hari. Mereka rela berpayah-payah, padahal bisa
jadi di rumahnya hanya ada beberapa liter beras.
Sampai-sampai
ada guyonan dari almaghfurlah KH Hasyim Muzadi bahwa anggota Banser hanya mampu
membeli rokok eceran. "Gagah begitu, rokoknya eceran."
Banyak hal
lain yang menjadikan NU begitu sayang kepada Banser. Hal-hal di atas sedikit
dari bejibun cerita, tak akan cukup 1.000 kata untuk menceritakannya.
Maka, saya
mengaminkan doa dari Rais Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh,
"Semoga amalmu diterima Gusti Allah dan rezekimu lancar, sehingga dapat
memondokkan atau menyekolahkan anakmu sampai jadi profesor. Dan, yang jelas
semoga rokokmu tidak dibeli dengan harga eceran."
Komentar
Posting Komentar