Guntur, ansorguntur.org - Dalam rangka membangun kekompakan Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Pimpinan Satkoryon Banser Kecamatan Guntur menggelar Apel Kesetiaan Anggota dan sebagai rutinan setiap malam Jum'at Kliwon, yang terjadwal secara Bergantian tempat pelaksanaannya di Maqbaroh Simbah Romo KH. Misbachul Munir Krasak dan Maqbaroh Romo Yai Imam Sholeh Temuroso Guntur Demak. Untuk giat Apel Kesetiaan Anggota kali ini digelar di makam Romo Yai Imam Sholeh Krasak Temuroso Guntur Demak pada Kamis, (18/01/2024) malam. Informasi yang dihimpun tim IPTEK PAC GP Ansor Guntur hadir dalam kegiatan tersebut jajaran Pengurus Satkoryon Banser Kecamatan Guntur, pengurus PAC GP Ansor Guntur, diantaranya Ketua PAC GP Ansor M. Choirul Huda S.Ag., Kasatkoryon Banser Guntur M. Badrussalam, S.Pd.I, Pembina PAC GP Ansor Kec. Guntur Beliau Gus Ulin Nuha Yang pada kesempatan tersebut memberikan motivasi kepada seluruh anggota Banser, Ansor, Rijalul Ansor di wilayah Kec. Guntur. Turut Hadir juga Pemb
Masio
digagah-gagahke, disangar-sangarke panggah ora ono gajine, namun keberkahan
yang kami harapkan, Ridlo Kyai yang kami cari dan Khusnul Khotimah yang kami
nanti sebagai imbalan.
Banser itu
tidak dibayar sepeser pun. Jangankan dibayar, sepatu saja beli kadang mencicil.
Baju lengkap Banser pun seringkali menunggu jatah.
Apakah
kegiatan Banser, misalnya pengamanan dan pengawalan, dibayar? Kalaupun ada
konsumsi, malah seringnya dapat paling akhir. Tamu didahulukan. Jika yang punya
hajat orang berpunya, baru mereka dapat amplopan, tapi itu tak sering.
Bahkan ada
cerita, anggota Banser membawa amplop sendiri supaya istrinya tenang, karena
biar dianggap bawa uang setelah bertugas. Padahal sih, tidak. Mirip-mirip kisah
khalifah Umar bin Khattab bertemu ibu yang memasak batu di air mendidih untuk
mengelabui anaknya yang kelaparan.
Lalu, darimana
Banser mendapatkan biaya untuk penghidupan sehari-hari? Ada yang tukang
panggul, buruh tani, buruh pabrik, guru, ustadz madrasah diniyah, dan
lain-lainnya. Tapi ada juga yang dosen, pedagang, bahkan doktor di kalangan
Banser – biasanya golongan ini yang menjadi penyumbang rokok dan jajanan.
Bayangkan
saja, siang bekerja mencari nafkah, lalu malam melakukan tugasnya sebagai
Banser. Bahkan kadang harus izin meninggalkan pekerjaan untuk menghadiri acara
di luar kota atau diklat berhari-hari. Mereka rela berpayah-payah, padahal bisa
jadi di rumahnya hanya ada beberapa liter beras.
Sampai-sampai
ada guyonan dari almaghfurlah KH Hasyim Muzadi bahwa anggota Banser hanya mampu
membeli rokok eceran. "Gagah begitu, rokoknya eceran."
Banyak hal
lain yang menjadikan NU begitu sayang kepada Banser. Hal-hal di atas sedikit
dari bejibun cerita, tak akan cukup 1.000 kata untuk menceritakannya.
Maka, saya
mengaminkan doa dari Rais Syuriah PWNU Jateng KH Ubaidillah Shodaqoh,
"Semoga amalmu diterima Gusti Allah dan rezekimu lancar, sehingga dapat
memondokkan atau menyekolahkan anakmu sampai jadi profesor. Dan, yang jelas
semoga rokokmu tidak dibeli dengan harga eceran."
Komentar
Posting Komentar