ansorguntur.org (24/12/2022) Dengan rangkaian Gaji Bersholawat, Pimpinan Ranting Gerakan Pemuda Ansor Desa Gaji melaksanakan Pelantikan GP Ansor Ranting Gaji Kecamatan Guntur Kabupaten Demak Masa Khidmat 2022-2024, kegiatan ini berlangsung mewah dan besar, di selenggarakan di Gedung Nahdlatul Ulama Desa Gaji, pada hari Sabtu, 24 Desember 2022. Kegiatan Gaji Bersholawat yang berlangsung bersamaan dengan Pelantikan ini di hadiri oleh KH Miftahul Kharis,AH. selaku Rois Syuriah NU Ranting Gaji, dan KH Muhammad Jazuli Selaku Ketua Tanfidziyah NU Ranting Gaji, Pelantikan GP Ansor Ranting Gaji ini juga di hadiri oleh Kepala Desa Gaji, Koramil, Polsek Guntur, Para Sesupuh di wilayah Desa Gaji, Semua Banom NU Desa Gaji, Sahabat Ansor, Rijalul Ansor, Dan Banser dari Luar Ranting Gaji di wilayah Kecamatan Guntur Kabupaten Demak. Pelantikan Pimpinan Ranting GP Ansor Desa Gaji Sahabat Mashuri S.Pd.i Beserta Jajarannya akan pimpin oleh Gus Ahmad Zaky Dan di Dampingi Oleh Sahabat M. Choirul Huda se
Di saat pesantren salaf berbondong
bondong memasukkan kurikulum umum ke dalam pendidikan di pesantrennya,
Pondok Pesantren Hidayat yang terletak di Dukuh KrasakTemuroso Kecamatan
Guntur Kabupaten Demak sama sekali
tidak goyah untuk tetap eksis dan fokus dalam mendidik santri
santrinya dengan menggunakan metode pendidikan salaf.
Keberadaan PP. Al Hidayat sampai saat ini dengan kesalafannya tidak
lepas dan merupakan buah perjuangan tidak kenal Ielah dan pengasuhnya
KH. Mishbachul Munir Al Mubarak.
Sejarah dan Profil PP. Al Hidayat
Sejarah bukanlah suatu cerita lama yang usang dan ditinggalkan karena
tergerus oleh zaman. Akan tetapi, sejarah adalah prasasti yang sangat
penting dalam suatu perjuangan dan menjadi cermin bagi generasi penerus
yang bukan hanya untuk dikenang melainkan juga untuk diteruskan
perjuangan-nya serta diteladani semangat juangnya. Begitu pula Pondok
Pesantren Al Hidayat. Gus Dlowi (panggilan akrab KH. Achmad Baidlowi;
putra Iaki-laki pertama KH. Mishbachul Munir AI Mubarok) menjelaskan,
ada alasan khusus pesantren yang dapat ditempuh dengan kendaraan sekitar
15 menit dan Pasar Buyaran Demak ini diberi nama Al Hidayat karena Abah
tafaulan dengan nama pondok guru beliau Mbah Ma'shum Lasem (KH. Ma'shum
Ahmad ) pendiri Pondok Pesantren Al Hidayat Lasem~ Rembang, Red),”
ujarnya.
Pada mulanya, tepatnya di ,tahun 1968 M, pesantren ini hanya terdiri
atas satu kamar di sudut masjid dan hanya ada beberapa santri laki-laki
yang berasal dari penduduk kampung sekitar yang bermukim di Sana. Berkat
kétekunan, kegigihan dan konsistensi KH. Mishbachul Munir AI Mubarok
dalam mendidik santri pertumbuhan santri di PP. Al Hidayat
Hidayat terus meningkat.
Hal ini mendorong masyarakat setempat untuk membantu beliau beberapa kali dalam membangun kamar
untuk fasilitas para santri. Tepatnya Dada tahun 1969,1972. dan 1973 M.
ada penambahan 18 kamar dari bahan kayu dengan bentuk yang sangat
sederhana di pesantren yang diasuh beliau itu.
Selama kurun12 tahun (1968 1980 M.) PP. AI Hidayat
hanya menampung santri laki-laki. Kemudian karena tuntutan kebutuhan
pendidikan anak perempuan yang juga penting dalam ilmu agama, maka pada
tahun 1980 KH. Mishbachul Munir Al Mubarok mendirikan pondok pesantren
khusus banat (putri). Untuk memperkuat keberadaan pesantren sebagai
Iembaga resmi pendidikan dan sosial kemasyarakatan, maka pada tahun
1994, tepatnya tanggal 3 September, pesantren No akta notariskan dengan
No Akta: 1O pada notaris Hartoyo, SH Demak yang ber S.K. MEN. KEH. RI.
No: C - 60 HT.03.01TGL 20 MEI 1994 M.
Seiring berjalannya waktu, bangunan yang sebelumnya berbahan kayu dan
ala kadarnya secara bertahap terus dibangun dengan konstruksi bangunan
beton dua lantai dan selesai secara apik serta tertata rapi pada tahun
1995 M. dengan jumlah kamar mencapai 30 di pondok putra dan 10 di pondok
putri. Saat ini Pesantren Al Hidayat dihuni total sekitar 500 santri
yang terdiri dari santri putra dan putri.
Selain membangun fasilitas pesantren dengan tanpa sepeserpun mengambil
dana sumbangsih pemerintah, secara beriringan KH. Mishbachul Munir Al Mubarak juga gencar dan giat melakukan pembangunan Masjid Baitul
'Izzah (sebelah utara pesantren putra) dan madrasah yang digunakan
sebagai tempat untuk menunjang kegiatan dan kuailitas pendidikan santri.
Dewasa ini gedung madrasah bagian putra sudah bisa sepenuhnya ditempati
untuk proses belajar mengajar meskipun masih dalam proses pembangunan,
sédangkan untuk bagian putri hanya beberapa . bangunan saja yang baru
bisa ditempati.
Sosok KH. Misbachui Munlr Al Mubarok: Lugu (Bursahaja). Tegas dan Pemberani Mbah Mis (panggilan akrab KH. Misbachul Munir Al Mubarok) adalah seorang kiai yang
karismatik ,dikagumi, dicintai, digugu (diikuti nasehatnya), dan ditiru.
Menurut penuturan Gus Dlowi, beliau memiliki kepribadian yang Iugu,
tidak neko-neko dan sangat sederhana. "Saya tidak pernah meiihat Abah
memegang hp,”kata Gus Diowi saat ditemui Risalah Santri di kediamannya
setelah acara Muwada'ah Posonan di PP. Al Hidayat. Hampir seluruh
waktunya beliau habiskan untuk belajar dan mengajar, syiar agama Islam
melaiui berbagai pengajian, dan memberi contoh dengan perbuatan.
Beliu juga dikenal mempunyai sikap tegas dalam memperjuangkan amar
ma‘ruf nahi munkar dan tidak pandang bulu Beliau akan mengatakan yang
benar itu benar dan yang ~ salah itu salah. Sikap tegas dan berani inilah yang menjadikan Dukuh Krasak yaitu dukuh yang ditempati
PP. Al Hidayat tidak ada lagi syiar kemaksiatan. ”Di sini sudah tidak
ada pertunjukan dangdut wayang, ketoprak dan pertunjukan lainnya yang dilarang agama,
"ungkap Gus Dhowi. ”Dan ini sudah menjadi peraturan dukuh," lanjut
pengasuh PP. Al Hidayat Putri itu.
Sistem Pendidikan di PP. Al Hidayat Sebagai pesantren yang tetap
melestarikan kesalafan, sistem . yang diterapkan di PP. AI Hidayat sama
seperti pesantren salaf lainnya. Di sana ada kegiatan ngaji bandongan,
sorogan dan musyawarah serta ditunjang
dengan kegiatan belajar mengajar di madrasah. Adapun kurikulum
pendidikan Madrasah AI Hidayat merupakan kombinasi dari mata pelajaran
yang diajarkan di pesantren Ploso dan Sarang. Hal itu dikarenakan
rata-rata guru didik yang ada di madrasah adalah alumni pesantren Ploso
dan Sarang yang sebelumnya juga pernah nyantri di PP. Al Hidayat. Bagi
Pondok Pesantren AI Hidayat nilai-nilai pendidikan tidak hanya berfokus
pada peningkatan intelektual para santri dalam iImu syariat
(ta‘li‘miyah), melainkan juga dalam aspek tarbiyah. Oleh karena itu,
selain kegiatan yang berguna untuk mengembangkan intelektual, para
santri AI Hidayat sangat dianjurkan untuk mengikuti riyédhah atau
tirakat seperti puasa dalail, manaqib, ngrowot, dawuud ". Di Pesantren
Al Hidayat juga ada kegiatan ekstrakurikuler berupa pencak silat (PSHT)
yang dilaksanakan setiap hari Iibur yaitu malam Jumat sehingga tidak
mengganggu kegiatan wajib. Dua kegiatan ini (tirakat dan pencak silat)
dimaksudkan supaya santri siap melakukan amar ma'rufnahi munkar berjuang
menyebarkan agama dan tahan terhadap arus kehidupan yang akan dihadapi
setelah boyong dari pesantren. Adapun respon masyarakat terhadap eksistensi Pesantren Al Hidayat dapat terlihat dari
partisipasi dan antusias mereka dalam mengikuti kegiatan yang telah
menjadi tradisi pondok yaitu kegiatan Mujahadah-an'. Ritual ini berupa
pembacaan wirid secara berjamaah pada malam hari. Kegiatan ini
diselenggarakan setahun dua kali, yaitu Mujahadahan Kubro 17 Muharram
dan 25 Rajah yang dihadiri oleh ribuan masyarakat umum dari Segala
penjuru daerah.
Muwada.ah Posonan di PP. AI Hidayat Ratusan santri berseragam putih-putih dan masyarakat desa serentak
melafalkan untaian syair burdahan As Syaikh Al lmém Al Jali‘l Ad Diba'i.
Suaranya yang bergemuruh menenggelamkan hati Para pecinta Rasulullah ini ke dalam kekhusukan Kehadiran para masyayikh sesepuh dan tokoh masyarakat turut membangkitkan suasana penuh haibah dan khidmah. Pada malam itu, Jumat, 19 Ramadan 1437 H./23 Juni 2016 M. mereka memadati Masjid Baitul 'lzzah guna mengikuti acara peringatan Nuzulul Qur'an dan Muada'ah Posonan di PP. Al Hidayat Krasak Temuroso Guntur Demak. Menurut penuturan Hadi Suryanto, salah seorang pengurus PP. Al Hidayat,
posonan di PP. Al Hidayat telah mengkhatamkan berbagai macam kitab salaf
dan mengkhatamkan berkali-kali Alquran. ”Alhamdulillah, posonan di PP.
Al Hidayat telah mengkhatam-kan 16 kitab dan Alquran 172 kali,” ujarnya dalam isi
sambutannya atas nama ' perwakilan santri pada acara muwada'ah
tersebut. Para santri yang ikut posonan
di PP. Al Hidayat tidak hanya dituntut untuk mengaji, tetapi mereka juga
harus disiplin dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan lainnya”Posonan di
sini tidak hanya harus sregep ngaji, tapi juga harus sregep jamaah,”
kata Syarifuddin, salah satu santri baru posonan kepada Risaiah Santri
di sela~seia acara. ”Selain sholat berjamaah, santri-santri juga harus
membersihkan lingkungan pondok tiap hari,” Ianjut remaja yang masih
nyantri di PP. MUS Sarang Rembang itu. Dengan kegiatan-kegiatan
tersebut, diharapkan para santri aktivis posonan di PP. Al Hidayat
' mendapatkan ilmu yang bermanfaat, mempunyai akhlak yang mulia, dan dipenuhi dengan keberkahan dalam hidupnya.
Pada kesempatan Muwada'ah Posonan PP. Al Hidayat kali ini, mau‘idzhah
hasanah diisi oleh KH. Ahmad bin Asnawi dari Gebog Kudus yang merupakan
salah satu alumni PP. Al Anwar Sarang Rembang. Dengan gaya penyampaian
yang mirip dengan guru beliau, KH. Maimoen Zubair, Yi Mad (sapaan Akrab
KH. Ahmad bin Asnawi) dalam sebagian isi mau‘izhah-nya, mendorong para
santri untuk senantiasa bersifat tawadlu'. Beliau juga bercerita,
semenjakjadi alumni, tiap kali menginginkan sesuatu beliau langsung
mewiridkan bait-bait Alfiyah (kitab nahwu berbentuk bait karya Syekh
Muhammad bin ‘Abdillah bin ‘Abdillah bin Malik al Andalusiy), dan dengan
izin Allah, keinginan-keinginannya pun dikabulkan.”Sebab di salah satu
bait Alliyah terdapat kata tuqarribul aqsha (mendekatkan sesuatu yang
jauh, Red). Sehingga dengan mewiridkan Alfiyah, insya Allah
sesuatu-sesuatu yang kita inginkan akan dikabulkan oleh Allah SWT,"jelas
beliau.
Seusai mau ‘izhah hasanah dan doa penutup dari Yi Mad, para santri dan
masyarakat bersamasama makan nasi bungkus yang dikenal oleh masyarakat
setempat dengan sebutan ”Nasi Sedan ijo”. Gus Dayat, putra laki-laki
terakhir KH. Misbachul Munir Al Mubarok; pengasuh PP. Al Hidayat,
menjeIaskan bahwa ada alasan tersendiri masyarakat sekitar pesantren
menyebut nasi bungkus khas tersebut dengan nama”Nasi Sedan ljo”. ”Karena
bentuknya seperti . mobil sedan dan dibungkus dengan daun pisang yang
berwarna hijau, maka masyarakat sini menyebutnya dengan Nasi Sedan
ljo,”terangnya. Setelah acara selesai dan menikmati santap "Nasi Sedan
Ijo’; tepatnya pukul 01.30 WlB, nampak beberapa santri langsung berkemas
dan pulang menuju ke rumahnya masing-masing. ”Biasanya santri yang
rumahnya masih dekat dengan pesantren atau masih dl kawasan kecamatan
Guntur Iangsung pulang ke rumah meskipun pada tengah malam," lmbuh Gus
Dayat yang mempu~ nyai nama lengkap Ahmad Syarifuddin Hidayatullah dan
merupakan salah satu alumni PR MUS Sarang itu.
Demikianlah liputan khusus Risalah Santri tentang Pondok Pesantren AI
Hidayat. Sebagai pondok pesantren, PP. Al Hidayat tampil di panggung
masyarakat dengan membawa sistem pengajaran salaf yang dilengkapi dengan
beberapa kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat mencetak kader-kader
umat lslam yang tidak hanya shaleh dan bertaqwa kepada Allah SWT,
berpendidikan dan berpengetahuan luas dalam ilmu agama, namun juga telah
slap untuk terjun di tengah masyarakat dan beranl menghadapi tantangan
dan rintangan dalam menyebarkan dan memperjuangkan agama lslam.
Dengan peranan besar lnllah, Pondok Pesantren Al Hidayat menjadi salah
satu pesantren yang cukup berpengaruh dalam proses transformasi sosial
dan budaya ( masyarakat menuju lebih religlus dan islami.. di nukil dari
Risalah Santri EDISI V/ TAHUN II/OKTOBER-NOVEMBER 2016/ HAL91-96(Ahmad
Faisol Rifqi/RRS)
Team Cyber Ansor Guntur
Komentar
Posting Komentar